Panas, Panas, Panaaassss…!!!

Hari itu, Sabtu, tanggal 7 November 2023 pukul 16.15 WIB, saya ingat betul, adalah hari paling menyenangkan saya. Kenapa? Hujaaannn…!!! Tangerang Selatan diguyur hujan. Tidak tanggung-tanggung, dua hari berturut-turut hujan deras menyirami bumi. Setiap dedaunan dan ranting, setiap jengkal tanah yang merekah akibat musim kemarau panjang dengan panas ekstrim. Saya bisa mencium aroma petrichor atau bau tanah yang tersiram oleh air hujan. Istilah yang diperkenalkan oleh dua ilmuwan Australia Bear dan Thomas tahun 1964. Suegere….rekkk!

Tidak jauh dari komplek kami, mengalir sungai kecil sebagai salah satu anak Sungai Cisadane. Sebelumnya, batang air itu selalu terisi air yang memberi kesegaran di sekitar. Namun sejak bulan Juni sampai awal November lalu, air itu menjadi sangat minim, bahkan hampir mengering. Beberapa orang yang biasa menjadikan anak sungai itu sebagai tempat memancing, mencari rumput air atau mencari katak tidak lagi meneruskan kebiasaan mereka. Pohon-pohon besar yang ada di sekitar anak sungai meranggas dengan rerumputan berwarna cokelat. Warna hijau yang biasanya menyelimuti Kawasan itu berkurang secara drastis.

Saya ingat peribahasa panas setahun dihapus oleh hujan sehari. Literally. Panas di musim kemarau tahun ini langsung hilang oleh hujan yang turun sehari penuh.

Panas tahun 2023 “hanya” berlangsung tidak sampai setengah tahun. However, you know what, rasanya panas itu berlangsung selama berabad-abad.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan panas tahun ini adalah rekor. Bulan Juni-Agustus disebut sebagai rangkaian bulan terpanas sepanjang sejarah di Indonesia dan beberapa belahan dunia lainnya. Bahkan September lalu, Jakarta juga pernah tercatat sebagai kota paling polutif sedunia akibat akumulasi gas buang kendaraan bermotor saat kemacetan terus menerus di tengah musim kemarau.

Hujan sudah mengguyur secara rutin di Pulau Jawa dan sebagian besar Indonesia. Tapi tahukah Anda, masih ada bagian lain di Indonesia yang walaupun sudah memasuki musim penghujan belum kebagian curahan air dari langit. Sebagian Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB) mengalami kekeringan hampir 200 hari hingga per 10 November 2023. Aihhh, itu lebih dari setengah tahun. Kita layak prihatin mengetahuinya. Bayangkan betapa sulitnya Masyarakat setempat memperoleh akses air bersih untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari di sana.

Dunia berubah. Serius nih. Dunia harus mewaspadai perubahan iklim ke arah yang kian buruk jika kita tidak bahu membahu menghentikan laju pemanasan global. Para ilmuwan memperkirakan batas kenaikan suhu rata-rata 1,5 derajat Celcius dapat terlewati tahun ini sampai 2027. Apa artinya? Akan lebih banyak badai, kekeringan panjang, kebakaran hutan, atau es kutub mencair yang menyebabkan kenaikan permukaan laut dan banjir di pesisir. Jangan lupa, dampak El Nino tahun 2023 diperkirakan masih terjadi pada kemarau tahun depan.

Hmmm. What do we do?

Banyak orang bilang kondisi seperti saat ini akibat penggunaan bahan bakar fosil secara massif. Tiongkok no 1 dan Amerika Serikat no 2 adalah dua negara penyumbang gas karbon lebih dari sepertiga total emisi dunia. Bandingkan dengan Indonesia yang “hanya” 2,3% dan berada di peringkat ketujuh.

Jangan senang dulu guys. Kita juga berkontribusi pada efek buruk itu jika kita menebang pohon dengan semena-mena, terus menggunakan kendaraan bermotor yang gas buangnya jelek, atau boros listrik lewat berbagai peralatan elektronika di rumah serta membuat sampah plastik tanpa daur ulang.

Hujan sudah turun. Musim penghujan disambut penuh dengan rasa Syukur. Udara menjadi lebih bersahabat, karena kita menjadi lebih nyaman beraktivitas di luar ruang. Jika kita tidak memerangi efek pemanasan global sejak saat ini, kita harus siap-siap menghadapi panas yang sama atau mungkin lebih pada musim kemarau mendatang.

Yuk bikin hijau lingkungan kita dengan menanam pohon di taman rumah kita. Kalau tidak banyak ruang kosong, kehadiran tanaman-tanaman kecil di rumah juga menjadi penyumbang oksigen yang baik. Jika pun tidak menanam, setidaknya jangan habisi pohon-pohon hijau yang sudah ada.

Saya sangat terinspirasi oleh Masyarakat Baduy baik Dalam maupun Luar di Provinsi Banten. Memang saya belum pernah mencicipi kawasan itu, tapi dengan mendengar kisahnya serta melihat videonya, that’s it, itu dia kawasan yang memberi kedamaian dan kenyamanan di bumi ini.

Sudah cukup panas 2023. Selamat datang kesegaran oleh musim penghujan di akhir tahun ini sampai awal tahun 2024. Jangan sampai banjir atau bencana alam melanda dan menciptakan malapetaka akibat kebodohan dan keserakahan kita umat manusia. Mari ingat anak cucu kita punya hak yang sama atas kehidupan yang baik di muka bumi ini.

Demi masa depan,

Jakarta, 21 November 2023

Indi

Previous JournalKrisis yang Mengancam Reputasi
Next JournalSelamat Datang Calon Pemimpin Bangsa (yang idealnya juga) Pecinta Lingkungan