Making Hope Again Renungan Hari Kemerdekaan RI ke-77

Saya kok tiba-tiba tergelitik oleh tulisan Dr. Shane J. Lopes, seorang psikolog asal negerinya Pak Joe Biden. Judul buku itu saya jadikan tulisan Point of View ini: Making Hope Happen.

Berangkat dari berbagai fakta dan informasi yang saya temui dalam beberapa bulan terakhir, yang kayaknya kok banyak persoalan mendera hidup kita baik pada level pribadi, keluarga, lingkungan, negara hingga global.

Ada seseorang yang saya kenal bertahun-tahun lalu memiliki kehidupan pribadi, keluarga dan pekerjaan, termasuk spiritual yang rasanya tidak ada cacat celanya. Secara teoritis kehidupan itu adalah idaman semua orang (minimal saya). Lama tak terdengar, tiba-tiba ada kabar ia terserang stroke, ditinggal pasangan, dan kini harus menggantungkan hidup pada belas kasihan lingkungan.

Di lain pihak, pandemi yang, walau sudah mengarah pada endemi masih menyisakan persoalan belum pulihnya sektor-sektor ekonomi. Lapangan kerja masih seret, kegiatan produktif juga lambat bergerak.

Lha kok sekarang kita menghadapi ancaman inflasi yang membumbung tinggi akibat perang di belahan dunia lain. Sektor energi dan bahan pangan memaksa kenaikan harga yang menguras dompet yang sudah menipis.

Peribahasa sudah jatuh, ketiban tangga menjadi sangat relevan dengan situasi ini. Tak salah bila seseorang menyebut masalahnya lebih buruk dari orang lain. Jalan hidup itu terasa gelap, terjal, penuh rintangan yang tak kasat mata dan seolah tak ada harapan.

Di tengah kondisi itu, perayaan Hari Ulang Tahun ke 77 Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 2022 berlangsung hangat. Banyak kelompok masyarakat sudah merayakannya dengan berbagai lomba, makan-makan dan kegembiraan lain. Hari itu, rasanya semua begitu indah. Apalagi pada 17-an ini kita lihat slogan yang terpampang dimana-mana yaitu: Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat. Tulisan ini tidak bermaksud memuji-muji pihak tertentu, ya, tetapi lebih pada melihat sisi positif di tengah banjir keadaan negatif. Tapi, bener kan, penuh harapan?

Tulisan Dr. Shane J. Lopes mengungkapkan bahwa harapan memainkan peranan penting dalam kehidupan seseorang. Harapan memiliki hubungan yang erat dengan kesejahteraan. Harapan seperti bahan bakar bagi mesin penggerak roda kehidupan sehingga seseorang secara bertahap mengusahakan hal-hal yang penting bagi masa depannya. Kemudian, harapan dapat membuat usia hidup lebih lama. Menurut Lopez, orang-orang yang merasa tidak lagi memiliki harapan masa depan, akan dua kali lebih besar kemungkinan meninggal dunia lebih cepat daripada orang yang tetap meyakini masa depannya akan lebih baik. Kondisi tubuh yang parah tidak akan menghalangi seseorang yang memiliki harapan dan pandangan positif dalam melawan pemyakit yang dideritanya.

Tulisan Lopez selaras dengan hasil penelitian Tiara D Sosialita Hamidah, seorang psikolog Universitas Airlangga di tahun 2015. Disebutkan, strategi peningkatan harapan pada penderita diabetes dapat mengurangi stress dan pandangannya pada potensi dan nilai hidup menjadi positif.

Harapan adalah energi besar di tengah banjir emosi negatif akibat lingkungan yang tidak kondusif. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana memanfaatkan energi tersebut. Apakah harapan saja cukup untuk memastikan kehidupan kita akan menjadi lebih baik?

Tentu saja saya tidak bisa memastikan apa langkah selanjutnya guna memastikan harapan tersebut menjadi nyata. Harapan bukanlah tujuan akhir. Harapan hanyalah awal dari sebuah perjuangan berikutnya. Tetapi, harapan memberi sebuah pijakan kuat dan solid dari sisi mental dan spiritual agar tubuh ini mampu melihat secara positif tentang kemampuan diri dan kesempatan yang tersedia.

Salah satu tokoh inspiratif lain yang berbicara tentang harapan ini adalah Randy Pausch (1960-2008). Setahun sebelum meninggal, profesor ahli komputer ini divonis hidupnya tidak akan lama lagi karena penyakit kanker pankreas. Bukannya diam dan meringkuk di tempat tidur, ia justru kian giat berbicara tentang pencapaian, harapan dan berbagai mimpinya. Di penghujung hidupnya, ia berbicara di auditorium Universitas Carnegie Mellon berjudul The Last Lecture: Achieving Your Childhood Dreams. Buku dan tayangan di Youtube itu disebut sebagai pembicaraan inspiratif dari seseorang yang tidak punya harapan hidup lagi.

Di antara banyak kutipan yang diambil dari pidato The Last Lecture (Randy Pausch Quotes (Author of The Last Lecture) (goodreads.com)), saya tertarik pada dua di antaranya, yaitu:

1. “We cannot change the cards we are dealt, just how we play the hand.” (kita tidak bisa mengubah kartu (kehidupan) di tangan, yang penting adalah bagaimana memainkannya).

2. Berikutnya adalah “Complaining does not work as a strategy. We all have finite time and energy. Any time we spend whining is unlikely to help us achieve our goals. And it won't make us happier.” (Protes bukanlah strategi, karena kita memiliki keterbatasan waktu dan energi. Keluhan tidak akan membantu pencapaian tujuan kita dan tidak membuat hidup lebih baik).

Jadi? Mari hidupkan harapan dan fokus pada nilai positif diri. Mari kita mulai dengan pandangan ke depan dan gerakan langkah satu kaki ke depan.

Jakarta, 17 Agustus 2022.

Previous JournalKrisis yang Mengancam Reputasi
Next JournalEra Digital, Media dan Akurasi